Hari raya umat Islam
Idul Adha, mengajarkan makna pengorbanan dalam bingkai ibadah kepada Sang
Rahman. Ibadah hari raya kurban ini seperti yang diketahui bersama merupakan
kisah dari Nabi Ibrahim dan Ismail as. Kisah pengorbanan seorang hamba hanif
yang pada akhirnya berbuah keberkahan serta disyariatkan menjadi ibadah kurban Idul
Adha dan ibadah haji bagi umat Islam.
Kemuliaan dan keberkahan
yang dilimpahkan kepada bapak para nabi ini, Nabi Ibraham as merupakan buah
pengorbanan dan kesabaran bukan hanya saat peristiwa datangnya perintah untuk
menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail as. Namun merupakan buah dari
pengorbanan selama bertahun-tahun lamanya bahkan sejak sebelum nabi Ismail
lahir.
Dalam momentum Idul
Adha, kaum muslimin kembali diingatkan oleh kisah pengorbanan Nabi Ibrahim as
beserta keluarganya. Nabi yang siddiq ini diberikan kabar gembira oleh Allah
akan kelahiran seorang putra di usia 80 tahunan setelah penantian panjang sebab
isteri beliau Sarah belum dianugerahi putra. Seorang putra yang shalih yang
diberi nama Ismail putra dari isteri beliau Hajar. Namun kebahagiaan atas
kelahiran Ismail ini juga menimbulkan kecemburuan pada isteri pertama beliau
Sarah. Sehingga Nabi Ibrahim harus berpisah dengan Ismail, putra yang dinantikan
sejak lama ini sesuai dengan hidayah dari Allah. Hal ini merupakan cobaan dan pengorbanan bagi
keluarga Nabi Ibrahim serta kesedihan tersendiri bagi Nabi Ibrahim dan Hajar sebab
Ismail saat itu masih dalam gendongan.
Dengan demikian, Nabi
Ibrahim membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusui hijrah menuju sebuah
tempat gersang yang sekarang dikenal dengan kota Makkah. Di tempat itulah Nabi
Ibrahim dengan sedih serta kecemasan meninggalkan Hajar dan Ismail sesuai
dengan kehendak Allah. Di wilayah yang tidak berpenghuni dan gersang itu,
dengan penuh kesabaran Hajar meyakinkan diri dengan bertanya kepada Nabi
Ibrahim, “Apakah Allah yang memerintahkan ini?”. Nabi Ibrahim kemudian
menanggapi “Ya” dan Hajar mengatakan “Kalau begitu, Allah tidak akan
menyia-nyiakan kami.” Saat Nabi Ibrahim berjalan meninggalkan keluarganya ini
beliau berdoa sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Quran.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri
rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.“ (Ibrahim 14:
37)
Dalam doa ini, tersirat ketabahan Nabi Ibrahim
as atas perintah yang diberikan kepada beliau untuk meninggalkan Hajar dan
Ismail. Nabi Ibrahim as tidak berkeluh kesah kepada Allah namun meminta
kebaikan bagi keluarganya tersebut. Doa Nabi Ibrahim ini pun dikabulkan oleh
Allah hingga sekarang ini Makkah menjadi tempat yang penuh keberkahan dan hati
kaum muslimin pun rindu terhadap Masjidil Haram di Makkah.
Nabi Ibrahim bersama
Sarah tinggal di Kan’an daerah Baitul
Maqdis sedangkan Hajar dan Ismail berada jauh di Makkah. Ismail tumbuh dengan
penjagaan dan pendidikan dari Allah. Diketahui bahwa Nabi Ibrahim tidak dapat
mengunjungi keluarganya tersebut hingga Hajar meninggal dan Ismail menikah. Namun
pada saat menengok Ismail ini, Nabi Ibrahim tidak dapat bertemu dengan putranya
dan hanya bertemu dengan istrinya saja dengan meninggalkan salam dan pesan
kepada Ismail. Kali selanjutnya Nabi Ibrahim dapat bertemu dengan Ismail yang
dahulu ditinggalkan masih bayi sekarang telah besar. Pertemuan ini merupakan
perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk membangun rumah ibadah Allah
(Baitullah) bersama dengan putranya Ismail. Di rumah tersebut Nabi Ibrahim dan
Ismail dan berdoa sebagai bentuk ketaaatan.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah
bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami
(amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui". (Al Baqarah 2: 127)
Perintah selanjutnya
dari Allah merupakan ujian yang terasa begitu berat bagi Nabi Ibrahim as. Nabi
Ibrahim kembali mengunjungi Ismail di Makkah untuk melaksanakan perintah Allah
yang diwahyukan melalui mimpi yang benar. Ditemuinya kembali Ismail dengan
mengemban perintah Allah. Bagi Nabi Ibrahim, Ismail merupakan putra
satu-satunya yang amat disayangi dan dirindukan sebab terpisah sangat lama.
Namun Nabi ibrahim mendapati Ismail yang hanya beberapa kali saja ditemuinya serta
tidak dapat menghabiskan masa kecil dan pendidikan dengannya, menunjukkan
ketaatan dan kesabaran atas perintah tersebut.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash Shaffaat 37: 102)
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (Ash Shaffaat 37: 103)
Allah telah meridhoi
Nabi Ibrahim dan Ismail atas kesabaran dari ujian dan cobaan yang diberikan.
Oleh karena itu Allah memberikan kabar gembira kepada keduanya sebagai balasan
dari pengorbanan dan kesabaran Nabi Ibrahim dan keluarganya.
“Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Ash Shaffaat 37: 104-107)
Pengorbanan ini
merupakan wujud dari keimanan, ketaatan serta kesabaran Nabi Ibrahim as dan
keluarganya atas ujian dan cobaan bertahun-tahun lamanya. Sehingga Allah pun
memuliakan Nabi Ibrahim dengan memberikan salam dan shalawat kepada beliau dan
keluarganya. Oleh karena itu dalam shalat, selain shalawat kepada Nabi Muhammad
juga diucapkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang
yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (Ash Shaffaat 37: 108-110)
Post a Comment
silahkan...